Sejarah Dakwah Rosulullah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Agar kita tidak terjatuh pada persepsi yang keliru mengenai dakwah Islam, misalnya anggapan yang mengatakan bahwa dakwah adalah perjuangan yang dapat dikerjakan sambil lalu, maka perlu dipahami seccara deskriptif langkah-langkah perjuangan dakwah Rosulullah. Dalam memperjuangkan dan menegakkan dakwah ternyata Rosulullah tidak mudah melakukannya. Karena Rosulullah mengalami berbagai hambatan dan rintangan yang tidak ringan. Kepribadian Rosulullah saw. menjadi kunci persuasivitas dakwah Nabi saw. Kepribadian itu menonjolkan akhlak terpuji. Semua yang dikerjakannya adalah kebaikan semata. Akhlak mulia Rosulullah saw. digambarkan dalam al-quran Surah Al-Qolam ayat 4, “dan sesungguhnya engkau memiliki akhlak yang agung”. Ayat tersebut menjelaskan bahwa kemuliaan akhlak Rosulullah saw. yang menjadi titik kuat kepribadian Rosulullah saw. sebagaimana tercermin dalam dakwahnya. B. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Gambaran Umum Perjalanan Dakwah sebelum Nabi SAW? 2. Bagaimana Dakwah Nabi SAW. ketika di Mekkah? 3. Bagaimana Perjalanan Dakwah Nabi SAW. ketika di Madinah? 4. Apa Saja Materi Dakwah Nabi SAW? 5. Media Apa yang Digunakan Nabi SAW. untuk Berdakwah? C. TUJUAN PENULISAN Dengan ditulisnya makalah ini selain sebagai sarana belajar menulis karya ilmiah, juga diharapkan mahasiswa dapat mendalami tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi yang dikaji. BAB II PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM SEPUTAR PERJALANAN DAKWAH SEBELUM NABI MUHAMMAD SAW Allah SWT berfirman : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran [3]: 104) Bagi orang yang mengamati perjalanan dakwah Nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. Akan menemukan beberapa ciri umum, diantaranya : 1. Semua nabi memiliki kesamaan ajaran, yaitu mengajak untuk menauhidkan Allah SWT, memerangi kekufuran dan kemusyrikan, mengajak untuk berbuat taat, dan melarang manusia untuk melakukan perbuatan yang diharamkan. 2. Risalah-risalah sebelum nabi Muhammad bersifat mahaliyyah (hanya untuk kawasan tertentu). Setiap rasul diutus untuk kaum tertentu. Risalah mereka bertujuan untuk memberikan solusi yang dibutuhkan pada masanya, memenuhi kebutuhan masyarakat saat itu yang masing-masing memiliki kebutuhan khas dan tuntutan yang berbeda. 3. Sudah menjadi sunatullah bahwa setiap rasul dibantu oleh Allah dengan mukjizat agar orang menjadi beriman. Unta nabi shaleh, tongkat nabi musa, dan mukjizat nabi isa adalah beberapa contoh mukjizat para nabi. Mayoritas mukjizat yang diberikan kepada para nabi sebelum nabi Muhammad bentuknya hissiyah (dapat dilihat langsung dan dirasa oleh indra). Berbeda dengan mukjizat nabi Muhammad SAW. Yaitu Al-qur’an, ia berlaku sampai akhir zaman. Setelah turun ayat 1-5 dari surat al-alaq pada 17 Ramadhan hari senin 13 tahun sebelum hijrah (6 Agustus 610 M) sebagai ayat-ayat al-quran yang pertama turun , dan merupakan permulaan dakwah Islamiyah maka turunlah ayat 1-7 dari surat Al-Muddatsir, sebagai perintah kepada Nabi Muhammad SAW untuk memulai dakwahnya. Selama hayatnya Nabi Muhammad saw berdakwah melalui dua Zaman penting, yaitu Zaman Mekkah dan Zaman Madinah. Zaman makkah disebut juga “periode pembinaan kerajaan Allah SWT dan hati manusia”. Sementara zaman madinah disebut “periode pembinaan kerajaan Allah SWT dalam masyarakat manusia”. B. DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW ZAMAN MEKKAH Menurut ahli sejarah Amin Said, bahwa dakwah zaman Makkah dibagi empat periode yaitu : 1. Periode Rumah Tangga Periode pertama ini, yang dinamakn periode rumah tangga berlalu tiga tahun lamanya, dimana dalam masa itu Rosulullah SAW menjalankan dakwahnya secara diam-diam, hanya dengan memberi pelajaran dan petunjuk, mengusahakan agar para pengikutnya konsisten atau loyal dan istiqomah dengan jalan memberi pelajaran baik yang memuaskan. Dalam periode ini telah masuk islam istri Rosulullah SAW sendiri yaitu Sayyidah Khodijah, diikuti Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Harisah dan Abu Bakar Shiddiq, Usman bin Affan, Zubair bin awam, Abdurrohman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqos, dan Thalhah bin Ubaidillah. 2. Periode Keluarga Dalam periode ini Allah SWT menyurus Rosulullah SAW menyampaikan dakwah kepada keluarganya yang terdekat terlebih dahulu dan jangan menghiraukan ancaman dan penghinaan kaum quraisy. Setelah datang perintah itu, maka naiklah Rosulullah SAW ke bukit shofa, seraya menyeru “Wahai kaum quraisy!” maka berkumpulah mereka dibukit shofa. Kemudian Rosulullah SAW berdakwah agar mereka masuk islam. Diantara mereka ada yang menerima dakwah itu, dan kebanyakan mereka menolak bahkan mengejek dan mengancam. Walaupun demikian, semangat Rosulullah SAW tidak menjadi lemah, bahkan tambah membaja, sehingga berpindah-pindah dakwah yang dilakukannya dari periode keluarga ke periode ketiga, yaitu periode konfrontasi. 3. Periode Konfrontasi Dalam masa ini Rosulullah SAW berdakwah dengan blak-blakan tanpa menghiraukan penghinaan dan ancaman. Nabi SAW keluar menjalankan dakwahnya kesegala tempat , untuk mengajak mereka memeluk agama islam, agama tauhid. Maka berkembanglah dakwah Rosulullah SAW dan pengikutnya semakin banyak sehingga meyebabkan kaum quraisy mulai bertindak keras dan kejam. 4. Periode Kekuatan Pada akhir periode ketiga yaitu dalam tahun ke-8 Hijriyah Hamzah dan Umar bin Khattab masuk islam, keduanya adalah pahlawan quraisy,sehingga dengan masuknya mereka kedalam agama islam menjadikan barisan kaum muslimin menjadi kuat dan masuklah dakwah islam kedalam periode keempat yaitu periode kekuatan. Dalam permulaan periode keempat ini padatahun ke-8 Hijriyah untuk pertama kalinya kaum muslimin melakukan ibadah sholat dengan terang-terangan dalam ka’bah, sedangkan sebelum itu mereka Melakukan sholat dengan sembunyi-sembunyi. C. DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW ZAMAN MADINAH Dakwah islamiyah pada zaman madinah telah membuat sejarah sendiri, sebagai lanjutan dari zaman mekkah. Dalam zaman madinah ini, dakwah islamiyah telah membentuk dirinya menjadi suatu kekuatan nyata yang hebat sekali, dimana kaum muslimin dibawah pimpinan juru dakwah yang agung Rosulullah SAW merupakan Ansarullah, tentara Allah SWT, yang melaksanakan dakwah islamiyah dalam arti yang luas. Dalam zaman madinah banyak sekali terjadi peristiwa penting dalam perjalanan dakwah islamiyah. 1. Periode Hijrah Rosul SAW Beserta Kaum Muslimin ke Madinah Para pemimpin suku Quraisy merasa sesak dada melihat keteguhan orang-orang Islam, sehingga mereka pun berkumpul di Dar’l Nadwan dekat Ka’bah, melakukan musyawarah dan mufakat untuk mengambil tindakan terakhir. Mereka itu adalah Abu Sofyan, Abu Jahal, Abu Lahab, Walid ibnu Al-Mugirah, Nadhru ibnu Al-Haris, Khalid ibnu Al-Walid, Hakam ibnu Abi Al-‘Ash, dan para pemuka lalinnya. Sementara itu Rosul saw menyuruh hijrah seluruh kaumnya ke Madinah (Yasrib). Dalam rapatnya, suku Quraisy mempertimbangkan untuk menghukum Muhammad saw, sebab para pelindungnya sudah tidak ada lagi, Khadijah sudah meninggal, begitu pula pamannya, Abu Tholib. Berbagai usulan diajukan dalam rapat itu, dan akhirnya mereka sepakat untuk memilih seorang pemuda yang bisa mewakilinya dari tiap kabilah. Para pemuda itu diberi tugas untuk bersama-sama membunuh Nabi Muhammad saw, dan darahnya harus dibagikan kesemua kabilah bangsa Arab. Saat itu kaum muslimin mulai berangsur-angsur hijrah menuju Madinah, hanya Abu Bakar, Ali, Shuhaib, dan Zaid ibnu Harisah beserta sejumlah kaum lemah saja yang tinggal di Mekah. Para pemuda itu akan membunuh Nabi Muhammad saw pada malam yang telah mereka tentukan, mereka pun mengepung rumah Rosul saw dari segala penjuru. Namun demikian Allah menghancurkan komplotan mereka, sehingga rencananya gagal total. Dalam hal ini Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 54 yang bunyi artinya: “Dan mereka (orang-orang kafir) memebuat tipu daya, maka Allah pun membalas tipu daya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”. (Yusran, 2009:58). Pada malam itu Allah menyuruh Rosul saw keluar dari rumahnya dan pergi dengan sahabatnya, Abu Bakar. Awalnya mereka bersembunyi di Gua Tsur untuk menghilangkan jejak dari suku Quraisy. Kemudia meneruskan perjalanan ke Yasrib melaluai sebuah jalan bersama seorang pemandu. Menjelang masuk ke wilayah Yasrib, Rosul saw dengan meriah melalui suatu nyanyian selamat datang. 2. Periode Menetap di Madinah Sebenarnya hijrah itu sendiri merupakan suatu media pemberitaan Islam. Peristiwa tersebut telah membuah penduduk Mekah merasakan sesuatu yang sangat mendalam. Di balik kaum muslimin yang meninggalkan harta, keluarga, dan tanah air mereka, sudah tentu mengandung kebenaran yang diimani para Muhajirin tersebut. Di Madinah, Rosul saw mulai membangun nasjid pertama dengan berasaskan taqwa, dan diberi nama Masjid Quba’. Kemudia Rosul saw melanjutkan perjalanannya sampai di wilayah Bani Salim tepat pada hari Jumat. Di sana beliau melakukakn shalat Jumat, dan di situlah beliau melaksanakan Jumat pertama, sekaligus memberikan Khutbah Jumat pertama. Selain hal tersebut, Rosul saw pun mengadakan persaudaraan di antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Di Madinah pun Rosul saw membuat piagam yang bisa disamakan dengan sebuah konstitusi. Isinya antara lain bahwa penduduk Madinah hidup rukun, dimana terdapat suku-suku Khazraj, Aus, kaum Muhajirin, dan orang-orang Yahudi. Dalam periode Madinah pula Rosul saw mengadakan “perlindungan dakwah”, yang dianggap perlu ada dalam keadaan perang, seperti adanya pengintai dan mata-mata, atau intelejen. Rosul saw pun membentuk angkatan perang kaum muslimin untuk maksud mengadakan “perlindungan dakwah” itu. Kemudia mengirim utusan-utusan kepada para raja dan pembesar de negeri Arab serta negeri-negeri lain di sekitarnya. Pengiriman utusan tersebut merupakan “diplomasi keagamaan” yang dirintis Rosul saw, beliau pun mengutus para guru, ahli agama, dan qurra’, yang ditugasi mengajarkan agama Islam kepada kabilah Arab yang memerlukannya. Selama di Madinah, sangat banyak pekerjaan Rosul saw, selain mengirimkan para utusan, melakukan dilpomasi keagamaan, baliau juga menerima utusan-utusan yang datang kepada baliau, baik dari bangsa Arab, atau bukan. Akhirnya di dalam periode ini pula Rosul saw melakukan “peperangan bela diri” dan “perlindungan dakwah”. D. MATERI DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW Allah SWT Berfirman yang artinya : Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Q.S.Al-anbiya : 107) Ayat diatas menyiratkan makna bahwa materi dakwah dan seluruh aktivitas dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah dalam rangka merealisir terciptanya masyarakat yang berakhlak mulia, dan ala mini tidak akan merasakan cucuran rahmat Allah yang sebenarnya kecuali apabila masyarakat dunia mau mencontoh akhlak yang diajarkan Rasulullah SAW. Al-Mubarakfury menyimpulkan bahwa materi dakwah di mekkah adalah sebagai berikut : - Tauhid - Iman kepada hari kiamat. - Pembersih jiwa dengan menjauhi segala kemungkaran dan kekejian yang menimbulkan akibat buruk, dan dengan melakukan hal-hal yang baik dan utama. - Penyerahan segala urusan kepada Allah. - Semua itu setelah beriman kepada risalah Muhammad. E. MEDIA DAKWAH ROSULULLAH SAW Apabila kita cermati hal-hal yang dilakukan Rosul saw dalam kegiatan dakwahnya, beliau melalui “tatap muka” dan dengan “menggunakan media”, yang ditujukan kepada khalayak ramai. Hal ini berarti pada zaman Rasul saw berdakwah melalui komunikasi antar pesona dan komunikasi massa. Dalam hal melaksanakan komunikasi massa, Rosul saw memakai media berupa: Khutbah, qudwah hasanah, kisah, situasi musim haji, hubungan kemanusiaan, hubungan kasih sayang, intelejen, mata-mata, dan kompi-kompi patrol, peperangan bela diri, dan perlindungan dakwah. Sebenarnya, waktu agama Islam lahir, di kalangan bangsa Arab telah ada sejumlah media komunikasi biasa mereka gunakan untuk mengembangkan kepercayaannya. Di antara media tersebut ada yang masih dipertahankan dan terus di pelihara, yaitu: 1. Kasidah syair walaupun kedudukannya dalam masa Islam tidak sama dengan kedudukannya di masa Jahiliah. 2. Khutbah atau pidato yang mempunyai kedudukan besar dan mencapai kemasyhuran pada masa Rosul saw serta khulafaur Rasyidin. 3. Pertemuan-pertemuan (al-Nadwat) yang seringkali merupakan salah satu kegiatan di Pasar-pasar (al-Aswaq) yang di zaman Jahiliyah berperan sebagai pusat pertukaran barang, baik material maupun imaterial. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Dakwah hingga hari ini tidak pernah berhenti, baik dalam bentuk tabligh, taklim, ceramah, atau dalam bentuk semangat pengamalan islam, baik dalam skala pribadi maupun publik. Dengan mengamati historis dakwah masa Rasulullah SAW, semoga menjadikan kita lebih mengerti tata cara berdakwah yang baik dan diridhoi oleh Allah SWT, sehingga menjadikan kita lebih semangat dalam berdakwah baik itu dalam skala kecil maupun besar. B. SARAN Kami menyadari banyak kekurangan dari makalah ini. Maka dari itu saran dan kritik yang membangun diharapkan bisa menyempurnakan makalah ini. Sehingga, kita dapat mengambil pelajaran dengan maksimal. DAFTAR PUSTAKA Ibrahim, Hasan, Tarikhul Islam as-Siyasi (Kairo: Maktabah an-Nahdhatul Misriyah, 1948) Nurwahid,Hidayat. Pengantar Sejarah Dakwah (Jakarta: Kencana prenada media group, 2007). Ridha, Muhamad Muhammad Rosullah (Kairo: Darul Ihya Kutubul Arabiyah, 1980). Suhandang, Kustadi. Ilmu Dakwah Perspektif Komunikasi. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013).

Comments