MAKALAH PERENCANAAN DAKWAH - MATA KULIAH MANAJEMEN DAKWAH
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kata-kata organisasi sudah sering kita dengar bahkan sudah lama, karena dalam pemahaman kita sehari-hari organisasi disamakan dengan persatuan atau persyarikatan. Agar organisasi dapat berjalan dengan baik harus ada yang namanya manajemen, istilah manajemen ini sering didekatkan dengan istilah administrasi, karena antara manajemen dengan administrasi mempunyai lahan yang sama dan hanya beda dalam pembagian tugasnya. Apabila administrasi bicara tentang hal-hal yang makro maka manajemen bicara tentang hal-hal yang mikro. Artinya, ruang lingkup administrasi lebih luas sedang manajemen agak terbatas.
Dan untuk mencapai tujuan dari organisasi juga dibutuhkan sebuah perencanaan, dari perencanaan ini akan mengungkapkan tujuan-tujuan keorganisasian dan kegiatan-kegiatan yang diperlukan guna mencapai tujuan bersama.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan dakwah
b. Manfaat perencanaan
c. Jenis-jenis perencanaan
d. Sasaran dasar perencanaan dakwah
e. Sisi kelemahan perencanaan
C. TUJUAN PENULISAN
Dengan ditulisnya makalah ini selain sebagai sarana belajar menulis karya ilmiah, juga diharapkan mahasiswa dapat mendalami tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi yang dikaji.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERENCANAAN DAKWAH
Secara alami, perencanaan itu merupakan bagian dari sunatullah, yaitu dengan melihat bagaimana Allah SWT. menciptakan alam semesta dengan hak dan perencanaan yang matang disertai tujuan yang jelas. Perencanaan merupakan poin utama dalam aktivitas manajerial. Karena bagaimanapun sempurnanya suatu aktivitas manajemen tetap membutuhkan perencanaan. Perencanaan merupakan langkah awal bagi sebuah kegiatan dalam bentuk memikirkan hal-hal yang terkait agar memperoleh hasil yang optimal.
Oleh karena itu, agar proses dakwah dapat memperoleh hasil yang maksimal, maka perencanaan itu merupakan sebuah keharusan. Segala sesuatu ini membutuhkan rencana,sebagaimana dalam hadits Nabi Muhammad SAW.:
“Jika engkau ingin mengerjakan sesuatu pekerjaan, maka pikirkanlah akibatnya, maka jika perbuatan tersebut baik, ambilah dan jika perbuatan itu jelek, maka tinggalkanlah.”[HR. Ibnul Mubarak]
Pada perencanaan dakwah menyangkut tujuan apa yang harus dikerjakan dan sarana-sarana bagaimana harus dilakukan. Dan pada tahapan ini bila tidak ditampilakan konsistensi, maka hasilnya juga akan tidak sesuai keinginannya. Dean R Spizer menyebutkan bahwa “siapa yang gagal membuat rencana, sesungguhnya ia sedang merencanakan sebuah kegagalan”.
Adapun komponen dari perencanaan adalah: ide, penentuan aksi, dan waktu. Waktu disini, bias dalam jangka pendek dan jangka panjang. Perlu ditegaskan, bahwa perencanaan berbdeda dengan perkiraan. Karena sebuah prediksi itu hanya merupakan sebuah ramalan untuk masa yang akan datang yang sifatnya tidak proaktif. Aktivitas dakwah di era modern membutuhkan sebuah perencanaan yang baik dan menjadi agenda yang harus dilakukan sebelum melangkah pada jenjang dakwah selanjutnya.
Secara umum tugas perencanaan adalah menentukan sasaran yang ingin dicapai, kemudian dari sasaran tersebut dikelompokkan berdasarkan skala prioritasnya. Untuk-memprioritaskan hal-hal yang lebih penting, dengan tidak mengabaikan jadwal program yang sudah tetap, sehingga efisiensi dapat terlaksana.
Untuk menentukan program dakwah dan langkah-langkahnya yang tepat untuk diterapkan, maka harus dilakukan pengkajian terlebuh dahulu, karena ini akan berdampak pada sasaran. Dengan begitu dakwah akan berjalan secara realistis, dan prakmatis, tidak bersifat teoritis yang sulit dalam tataran aplikatif.
B. MANFAAT PERENCANAAN
Secara umum, perencanaan membantu untuk menghindari penundaan-penundaan yang disebabkan oleh kegagalan melaksanakan suatu tindakan, dan untuk kembali mengambil langkah tindakan sedini mungkin atas kegagalan.
Dengan demikian, maka perencanaan merupakan sebuah proses pemantauan kemajuan dalam mengimplementasikan sebuah stretegi, memudahkan pendelegasian tanggung jawab, dan pengkoordinasian. Jadi, perencanaan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi keberhasilan aktivitas dakwah, yaitu antara lain:
Dapat memberikan batasan tujuan sasaran dan target dakwah sehingga mamapu mengarahkan para da’i secara tepat dan maksimal.
Menghindari penggunaan secara sporadis sumberdaya insani dan menghindari pula benturan diantara aktivitas dakwah yang tumpang tindih.
Dapat melakukan antisipasi mengenai berbagai problema dan merupakan sebuah persiapan dini untuk memecahkan masalah dakwah.
Merupakan usaha untuk menyiapkan kader da’i dan mengenal fasilitas, potensi, dan kemampuan umat.
Dapat melakukan pengorganisasian dan penghematan waktu dan pengelolaannya secara baik.
Menghemat fasilitas dan kemampuan insani serta materiil yang ada.
Dapat melakukan pengawasan sesuaidengan ukuran objektif dan terttentu.
Merangkai dan mengurutkan tahap pelaksanaan sehingga menghasilkan program yang terpadu dan sempurna.
Dari sebuah kerangka historis Nabi, dapat ditarik pelajaran, bahwa betapa Nabi dalam melaksanakan setiap tindakannya selalu melakukan sebuah perencanaan dan analisis mendalam, sehigga kemungkinan-kemungkinan sekecil apa pun dapat diminimalisir dan terdeteksi sebelumnya. Oleh karenanya dakwah pada masa sekarang tentu memiliki masalah yang semakin kompleks, sehingga paling tidak membutuhkan perencanaan yang cermat.
Apaligi jika kita menyimak kondisi umat sekarang, dimana lapangan dakwah akan semakin banyak dan beraneka ragam, yang dari segi kuantitas sangat diperlukan. Sebagai konsekuensi dari perkembangan umat yang terus dinamis. Mengingat besarnya sasarang yang ingin dicapai serta melakukan waktu yang relatif tidak singkat, maka perencanaan itu merupakan sesuatu yang penting. Denga demikian, perencanaan tidak akan terkotak pada kepentingan tertentu atau masa tertentu.
C. JENIS-JENIS PERENCANAAN DAKWAH
Adapun jenis-jenis perencanaan dakwah meliputi:
Rencana Strategi dan Rencana Operasional
Rencana strategis merupakakan rencana yang berlaku bagi seluruh organisasi, yaitu menentukan sasaran umum organisasi dan berusaha menempatkan organisasi terseut kedalam lingkungannya. Sedangkan rencana operasional adalah rencana yang menempatkan rincian tentang cara mencapai keseluruhan tujuan organisasi. Posisi dakwah dalam rencana ini adalah mencakup sudut pandang yang lebih luas karena mencakup segala aspek kehidupan.
Rencana Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Rencana jangka pendek adalah rencana dengan asimsi kerangka waktu paling tidak selama satu tahun. Sedangkan rencana jangka panjang adalah rencana dengan kerangka batas waktu tiga tahun ke atas. Untuk jangka menengah adalah periode waktu dinantara keduanya.
Dalam program organisasi dakwah klasifikasi waktu ini bias berlangsung sangat fleksibel. Dalam hal ini sebuah organisasi dapat merancang batas waktu berapa saja yang diinginkan untuk tujuan-tujuan perencanaan.
Rencana yang Mengarahkan dan Rencana Khusus
Rencana khusus adalah sebuah rencana yang telah dirumuskan dengan jelas serta tidak menyediakan ruang bagi interpretasi. Misalnya, seorang manajer dakwah berusaha untuk lebih gencar menggalakkan program dakwahnya, karena melihat kondisi masyarakat tertentu yang mengkhawatirkan. Langkahnya yaitu dengan menentukan prosedur-prosedur tertentu, mengalokasikan anggaran, dan manjadwalkan kegiatan-kegiatan untuk mencapai sasaran tersebut.
Sedangkan rrencana yang mengarahkan lebih menekankan pengidentifikasian garis-garis pedoman umum. Jadi rencana yang mengarah adalah rencana yang fleksibel yang menetapkan pada pedoman umum. Namun perlu diingat sisi negative dari rencana ini adalah hilangnya kejelasan pada rencana khusus.
Rencana Sekali Pakai
Rencana sekali pakai atau yang biasa disebut dengan “frekuesi penggunaan” adalah rencana rencana yang digunakan sekali sajayang dirancang untuk memenuhi kebutuhan situasi khusus dan diciptakan sebagai respon terhadap keputusan yang tidak terprogram yang diambil oleh para manajer. Kebalikan dari rencana ini adalah rencana tetap, yaitu rencana yang tetap ada memberikan bimbingan bagi kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam organisasi.
D. SASARAN DASAR PERENCANAAN DAKWAH
Dalam penggunaannya, diorientasikan pada hasil-hasil yang dikehendaki, misalnya bagi da’i, mad’u, atau masyarakat. Sasaran itulah yang memberi arah bagi semua keputusan manajemen, dan merupakan sebuah kriteria yang digunakan untuk mengukur prestasi aktual. Inilah yang disebut dengan dasar perencanaan.
Multinitas Sasaran
Secara sepintas, boleh jadi aktivitas organisasi dakwah itu hanya bertujuan pada konteks ubudiah atau vertical saja yang sasarannya keimanan. Dengan kata lain, sasaran dakwah diorientasikan untuk mengislamkan yang belum islam, menambah keimanan bagi yang sudah beriman, memberi jawaban umat pada permasalahan kehidupan beragamanya. Pernyataan ini merupakan suatu pandangan yang sempit, karena dalam analisis yang lebih substansif, bahwa organisasi dakwah itu untuk merambah segala lini dan menyentuh kehidupan yang lebih esensi.
Sasaran yang Ditetapkan Dakwah
Sasaran yang ditetapkan adalah pernyataan-pernyataan resmi organisasi agar dipercaya oleh public sebagai sasarannya. Dalam organisasi dakwah, sasaran ini bias dalam bentuk pamphlet, selebaran, dan bulletin yang dikeluarkan. Pada tataran ini, seorang manajer dakwah bertanggung jawab terhadap pernyataan yang telah dikeluarkan jikaka terjadi masalah atau konflik dari si mad’u.
Cara Tradisional Menetapkan Sasaran Dakwah
Pengertian penetapan sasaran tradisional adalah sasaran ditetapkan, kemudian diklasifikasikan menjadi subsasaran. Dalam organisasi dakwah usaha-usaha para da’i diberbagai tingkat organisasi disesuaikan untuk memenuhi sasaran-sasaran yang ditentukan di wilayah tanggung jawab mereka.
Manajemen Berdasarkan Sasaran
Pada manajemen berdasarkan sasaran ini merupakan salah satu manajemen yang banyak digunakan oleh organisasi. Manajemen berdasarkan sasaran atau MOB (Manajemen by Objektive), yaitu manajemen dimana sasaran kinerja yang terperinci ditetapkan bersama-sama oleh anak buah dengan pimpinan. Kemajuan menuju sasaran itu secara periodic ditunjau, dan diberikan penghargaan berdasarkan kemajuan itu. MOB juga bertujuan untuk memotivasi para bawahan.
E. SISI KELEMAHAN SEBUAH PERENCANAAN
Sebuah perencanaan tidak selamanya baik untuk dijalankan. Paling tidak, ada sisi negatif yang perlu diperhatitan dan dipertimbangkan dalam sebuah oerencanaan. Argumen-argumen ini dapat memperkuat statement, yaitu:
Perencanaan dapat menciptakan sebuah kekuatan. Usaha-usaha perencanaan yang yang sifatnya formal itu dapat mengunci organisasi ke sebuah sasaran tertentu yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu.
Rencana tidak dapat dikembangkan bagi suatu llingkungan masyarakat dinamis. Sebab bagaimanapun juga sebuah organisasi pada era sekarang akan menghadapi perubahan lingkungan yang dinamis.
Rencana-rencana formal tidak dapat menggantikan intuisi dan kreativitas.
Rencana memusatkan pada persaingan.
Walaupun ada sebuah sisi kelemahan dalam menyusun dan melakukan perencanaan, namun itu semua harus dijadikan sebuah motivator untuk lembaga dakwah khususnya para da’i dalam melakukan program aktivitas dakwahnya, karena kelemahan tersebut merupakan peluang untuk meningkatkan kreativitas dan etos kerja.
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perencanaan merupakan sebuah proses untuk menentukan cara mengimplementasikan sebuah strategi atau melaksanakan sebuah proyek dengan cara yang efektif. Pada perencanaan dakwah menyangkut tujuan apa yang harus dikerjakan dan sarana-sarana bagaimana harus dilakukan.
Dalam penggunaannya, diorientasikan pada hasil-hasil yang dikehendaki, misalnya bagi da’i, mad’u, atau masyarakat.
Namun dalam sebuah perencanaan juga mempunyai sisi kelemahan, akan tetapi itu bukan sebuah halangan, itu merupakan suatu bentuk motivasi agar lebih kreativ dan semangat.
B. SARAN
Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan maupun kesalahan. Untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun, demi sempurnanya penulisan makalah yang selanjutnya.
Saran penulis untuk para mahasiswa agar lebih mengembangkan materi yang telah dikaji bukan hanya dari makalah ini saja, karena makalah ini hanya salah satu media pembelajaran dalam forum diskusi kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Hafidhudin, Didin, Tanjung Hendri. 2002. Manajemen Syariah dalam Praktik. Jakarta: PT Gema Insani Press.
Kayo, Khatib Pahlawan. 2007. Manajemen Dakwah. Jakarta: Amzah.
Mansyur, Mushthafa, Syaikh. 2001. Fiqih Dakwah, Al-I’tishom. Jakarta: Cahaya Umat.
Munir, M, Ilaihi, Wahyu. 2006. Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Comments
Post a Comment