Historis Dakwah Masa Rosulullah

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam tidak lupa kami ucapkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Kami bersyukur kepada Allah yang telah memberi hidyah kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, sebagai sarana pembelajaran dalam forum diskusi. Pekalongan, 23 Februari 2015 Penulis BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Agar kita tidak terjatuh pada persepsi yang keliru mengenai dakwah Islam, misalnya anggapan yang mengatakan bahwa adalah perjuangan yang dapat dikerjakan sambil lalu, maka perlu dipahami seccara deskriptif langkah-langkah perjuangan dakwah Rosulullah. Dalam memperjuangkan dan menegakkan dakwah ternyata Rosulullah tidak mudah melakukannya. Karena Rosulullah mengalami berbagai hambatan dan rintangan yang tidak ringan. Kepribadian Rosulullah saw. menjadi kunci persuasivitas dakwah Nabi saw. Kepribadian itu menonjolkan akhlak terpuji. Semua yang dikerjakannya adalah kebaikan semata. Akhlak mulia Rosulullah saw. digambarkan dalam al-quran Surah Al-Qolam ayat 4, “dan sesungguhnya engkau memiliki akhlak yang agung”. Ayat tersebut menjelaskan bahwa kemuliaan akhlak Rosulullah saw. yang menjadi titik kuat kepribadian Rosulullah saw. sebagaimana tercermin dalam dakwahnya. B. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Periode apa saja dakwah pada masa Rosulullah saw.? 2. Media apa yang digunakan Rosulullah saw. dalam berdakwah? C. TUJUAN PENULISAN Dengan ditulisnya makalah ini selain sebagai sarana belajar menulis karya ilmiah, juga diharapkan mahasiswa dapat mendalami tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi yang dikaji. BAB II PEMBAHASAN A. PERIODE DAKWAH MASA ROSULULLAH SAW. Selama hayatnya Nabi Muhammad saw. berdakwah melalui lima periode, yaitu periode dakwah rahasia, dakwah terbuka, penindasan keagamaan, hijrah ke Yasrib, dan periode menetap di Madinah. 1. Periode Dakwah Rahasia Wahyu yang pertama diturunkan Allah SWT. kepada Rosul saw. adalah surat al-‘Alaq dengan lima ayat pemulanya, sesudah lima ayat itu berhenti menuruut pendapat yang kuat, selama 40 hari. Kemudian diturunkan lagi wahyu melalui surat al-Mudassir ayat 1 sampai 7. Dengan turunnya ayat-ayat tersebut, memulai Rosul saw. melakukan dakwahnya secara rahasia. Orang yang mula-mula beriman dalam ahli baitnya adalah Khadijah dan Ali ibnu Abi Thollib. Dakwah Rosul saw. disambut pula oleh Zaid ibnu Harisah (anak angkatnya) dan Ummu Aiman (ibu asuhnya). Diluar ahli baitnya, orang yang mula-mula menerima dakwahnya adalah Abu Bakar, kawan Rosul saw. sebelum diutus oleh Allah SWT. Abu Bakar mendakwahkan Islam kepada orang-arang yang ia percayai, dari takoh-tokoh Quraisy. Kelompok orang yang menyambut dakwah Abu Bakar di antaranya adalah Usman ibnu Affan, Az-Zubair ibnu Al-Awwam, Safiah binti Abdil Mutholib, Abdurrahman ibnu Auf, Sa’ad ibnu Abi Waqqosh, dan Tholhah ibnu Abdillah. Orang-arang yang lebih dahulu menerima Islam setelah mereka adalah Suhaib al Rumi, ibu dan ayahnya bernama Sumaiyah dan Yasir. Orang-orang yang termasuk lebih dahulu masuk Islam adalah Abdullah ibnu Mas’ud, Abu Zar al-Gifari, Sa’id ibnu Al-Adawi, Fatimah binti Al-Khattab (istrinya), Ummu al-Fadli lubabah binti al-Haris, Abu Salamah ibnu Abdillah dan istrinya Salamah, Usman ibnu Madh Iun, serta saudaranya Qudamah dan Abdullah, dan al-Arqam ibnu Abi al-Arqam al-Makhzumi yang rumahnya dipakai tempat pengkaderan dakwah selama masa rahasia itu. Termasuk juga Khalid ibnu Sa’id, dan setelah itu masuk pula saudaranya, Amru ibnu Sa’id. Dakwah rahasia tersebut berjalan selama tiga tahun, dan jumlah pemeluk Islam mencapai 40 orang. Dari nama-nama tersebut ada juga orang-orang terhormat suku Quraisy yang menerima (memeluk) agama Islam. Sejumlah budak memilih lapar, derita , dan kesusahan mengikuti Nabi Muhammad saw, padahal sekiranya mereka tinggal bersama majikannya yang lebih tenang dan tentram. Selama itu Abu Bakar pun membeli sejumlah budak dengan harga melebihi batas yang diminta tuannya, lalu memerdekakannya (Al-Khudari, 1959:34-35). 2. Periode Dakwah Terbuka Saat Rosul saw. masih melakukan dakwah secara rahasia, hingga ditururnkan surat al-Hijr ayat 94 yang bunyi artinya: “Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik” (Yusran (ed.), 2009:268) Sejak saat itu Rasul saw. mengganti dakwah rahasianya dengan dakwah terbuka. Rosul saw mengundang suku Quraisy dan orang-orang pun berkumpul hendak mendengarkan apa yang akan dikatakannya. Peristiwa tersebut berlangsung di atas bukit Shafa. Sejak itu khutbah Rosul saw menjadi salah satu media dakwah. Ketika Rosul saw menyeru kepada mereka agar beriman kepada Allah SWT, maka Abu Lahab berkata: “Hanya untuk inikah engkau mengumpulkan kami? Celakalah engkau”. Saat itu pula Allah SWT menurunkkan surat al-Lahab, kemudian diturunkan pula ayat 214-216 surat Asy-Syu’ara yang bunyi artinya: “Dan berikanlah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu. Kemudian jika mereka mendurhakaimu maka katakanalah (Muhammad), “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan””. (Yusran (ed.), 2009:377). Atas turunnya ayat tersebut, Rosul saw pun menghimpun keluarganya, kemudian mengajak mereka beriman. Namun Abu Lahab mengataka: “Cegahlah perbuatannya sebelum orang Arab bersatu menghancurkannya”. Al-Khudari (1959:35-37) menuturkan bahwa apabila Nabi Muhammad saw melakukan dakwahnya, orang-orang Quraisy mengejek dan meremehkannya. Saat itu orang-orang terbagi menjadi dua, sebagian mengingkari seruannya dan meyakinkan bahwa Muhammad akan rujuk pada seruannya dalam waktu yang dekat. Mereka itu kebanyakan yang berasal dari mekah. Mereka itulah yang dilukiskan Allah melalui surat al-Maidah ayat 104 yang bunyi artinya: “Dan apabila kepada mereka dikatakan: “Marilah (mengikuti) apa yang diturunkan Allah dan (mengikuti) Rosul”. Mereka menjawab: “Cukuplah bagi kami apa yang kami dapati nenek moyang kami (mengrjakannya)”. Apakah (mereka akan menikuti) juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan (tidak) pula mendapat petunjuk?” (Yusran (ed.), 2009:126). Ketika itu pula Allah menurunkan surat al-Kafirun. Dalam keadaan demikian ada seorang tuna netra yang bernama Abdullah ibnu Ummi Maktum masuk Islam. Suku Quraisy makin hebat menyakiti orang-orang yang masuk Islam dengan maksud merintanginya agar orang-orang tersebut tidak menjadi pengikut Muhammad saw. Sebagian orang lagi merasakan bahwa Muhammad saw telah memberikan keterangan yang mengesankan, indah dalam lubuk hati. Namun demikian, mereka takut mengutarakan kepada kaumnya. 3. Periode Penindasan Keagamaan Ketika keganasan suku Quraisy tambah hebat menindas para pengikutnya, Nabi Muhammad saw menasehati mereka agar hijrah ke Abbesenia. Maka berangkatlah mereka melakukan hijrah yang oertama ke negeri itu, yakni sebanyak sepuluh orang laki-laki dan lima orang perempuan. Mereka adalah Usman bin Affan beserta istrinya, Ruqaiyah binti Muhammad saw; Abu Salamah beserta istrinya, Ummu Salamah, dan saudara seibunya, Abu Sabrah beserta istrinya, Ummu Kalsum; Amir ibnu Rabi’ah beserta istrinya, Laila; Abu Huzaifah beserta istrinya, Sahlah; Abdurrahman ibnu Auf, Usman ibnu Madh’un, Mash’ab ‘Umair, Sahah ibnu Baidha’, dan Zubair ibnu Auwwam. Bersama Rasul saw tinggal sejumlah kecil saja dari pengikutnya. Saat itu pula Umar ibnu Al-Khattab masuk Islam di rumah al-Arqam, sedangkan orang-orang yang hijrah ke Abbasenia pulang karena merasa tidak enak di negeri perantaun. Suku Quraisy melakukan penindasan dan siksaan terhadap Rosul saw dan pengikutnya, mereka juga menulis piagam kesepakatan untuk memboikot Rosul saw beserta para sahabatnya, selain itu mereka juga memblokade sampainya bahan makanan kepada kaum muslimin. Karena pemboikotan tersebut tampak tidak menggoyahkan kaum muslimin, lalu mereka memikirkan untuk rujuk dari pemboikotan. Selama masa demikian, telah “bangun” lima orang terkemuka dari suku Quraisy menuntut dibatalkannya piagam pemboikotan yang telah mereka buat. Sementara itu, datang utusan Nasrani, Najran, kepada Rosul saw, utusan dimaksud berjumlah 20 orang laki-laki. Di hadapan mereka Rosul saw memebacakan ayat-ayat al-Quran sehimgga mereka pun beriman dan masuk Islam. Hal tersebut memebuat marah suku Quraisy, terutama Abu Jahal. Pada masa itu, istri Rosul saw, Khadijah wafat, kemudian disusul oleh paman beliau, Abu Tholib. Suku Quraisy terus saja menghina Rosul saw, maka Rosul pun pergi ke Taif untuk minta bantuan dari kabilah Tsaqif, namun kabilah tersebut tidak mau menolongnya. Karena suku Quraisy selalu menolak dakwahnya, Rosul saw menawarkan agama Islam kepada para kabilah pada tahun kesepuluh dari masa pengutusannya, Rosul saw menemui sejumlah penduduk Yasrib dari kabilah Khazraj saat musim haji. Enam orang dari penduduk itu menerima Islam dan bersedia memebantu perjuangan Rosul saw. Tahun berikutnya datang pula sejumlah 12 orang, sepuluh orang dari Khazraj dan dua orang dari Aus. Maka terjadilah bai’at pertama. Mereka telah mendengar kelahiran seorang Rosul baru yang akan membawa agama baru, dari cerita orang-orang Yahudi yang tinggal di Yasrib. Tahun berikutnya lagi datang kepada Rosul saw sebanyak 73 orang, terdiri dari 62 orang Khazraj dan 11 orang dari Aus. Maka terjadilah bai’at ‘aqobah kedua, dan mereka pun semuanya menerima Islam. 4. Periode Hijrah Rosul SAW Beserta Kaum Muslimin ke Yasrib Para pemimpin suku Quraisy merasa sesak dada melihat keteguhan orang-orang Islam, sehingga mereka pun berkumpul di Dar’l Nadwan dekat Ka’bah, melakukan musyawarah dan mufakat untuk mengambil tindakan terakhir. Mereka itu adalah Abu Sofyan, Abu Jahal, Abu Lahab, Walid ibnu Al-Mugirah, Nadhru ibnu Al-Haris, Khalid ibnu Al-Walid, Hakam ibnu Abi Al-‘Ash, dan para pemuka lalinnya. Sementara itu Rosul saw menyuruh hijrah seluruh kaumnya ke Madinah (Yasrib). Dalam rapatnya, suku Quraisy mempertimbangkan untuk menghukum Muhammad saw, sebab para pelindungnya sudah tidak ada lagi, Khadijah sudah meninggal, begitu pula pamannya, Abu Tholib. Berbagai usulan diajukan dalam rapat itu, dan akhirnya mereka sepakat untuk memilih seorang pemuda yang bias mewakilinya dari tiap kabilah. Para pemuda itu diberi tugas untuk bersama-sama membunuh Nabi Muhammad saw, dan darahnya harus dibagikan kesemua kabilah bangsa Arab. Saat itu kaum muslimin mulai berangsur-angsur hijrah menuju Madinah, hanya Abu Bakar, Ali, Shuhaib, dan Zaid ibnu Harisah beserta sejumlah kaum lemah saja yang tinggal di Mekah. Para pemuda itu akan membunuh Nabi Muhammad saw pada malam yang telah mereka tentukan, mereka pun mengepung rumah Rosul saw dari segala penjuru. Namun demikian Allah menghancurkan komplotan mereka, sehingga rencananya gagal total. Dalam hal ini Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 54 yang bunyi artinya: “Dan mereka (orang-orang kafir) memebuat tipu daya, maka Allah pun membalas tipu daya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”. (Yusran, 2009:58). Pada malam itu Allah menyuruh Rosul saw keluar dari rumahnya dan pergi dengan sahabatnya, Abu Bakar. Awalnya mereka bersembunyi di Gua Tsur untuk menghilangkan jejak dari suku Quraisy. Kemudia meneruskan perjalanan ke Yasrib melaluai sebuah jalan bersama seorang pemandu. Menjelang masuk ke wilayah Yasrib, Rosul saw dengan meriah melalui suatu nyanyian selamat datang. 5. Periode Menetap di Madinah Sebenarnya hijrah itu sendiri merupakan suatu media pemberitaan Islam. Peristiwa tersebut telah membuah penduduk Mekah merasakan sesuatu yang sangat mendalam. Di balik kaum muslimin yang meninggalkan harta, keluarga, dan tanah air mereka, sudah tentu mengandung kebenaran yang diimani para Muhajirin tersebut. Di Madinah, Rosul saw mulai membangun nasjid pertama dengan berasaskan taqwa, dan diberi nama Masjid Quba’. Kemudia Rosul saw melanjutkan perjalanannya sampai di wilayah Bani Salim tepat pada hari Jumat. Di sana beliau melakukakn shalat Jumat, dan di situlah beliau melaksanakan Jumat pertama, sekaligus memberikan Khutbah Jumat pertama. Selain hal tersebut, Rosul saw pun mengadakan persaudaraan di antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Di Madinah pun Rosul saw membuat piagam yang bias disamakan dengan sebuah konstitusi. Isinya antara lain bahwa penduduk Madinah hidup rukun, dimana terdapat suku-suku Khazraj, Aus, kaum Muhajirin, dan orang-orang Yahudi. Dalam periode Madinah pula Rosul saw mengadakan “perlindungan dakwah”, yang dianggap perlu ada dalam keadaan perang, seperti adanya pengintai dan mata-mata, atau intelejen. Rosul saw pun membentuk angkatan perang kaum muslimin untuk maksud mengadakan “perlindungan dakwah” itu. Kemudia mengirim utusan-utusan kepada para raja dan pembesar de negeri Arab serta negeri-negeri lain di sekitarnya. Pengiriman utusan tersebut merupakan “diplomasi keagamaan” yang dirintis Rosul saw, beliau pun mengutus para guru, ahli agama, dan qurra’, yang ditugasi mengajarkan agama Islam kepada kabilah Arab yang memerlukannya. Selama di Madinah, sangat banyak pekerjaan Rosul saw, selain mengirimkan para utusan, melakukan dilpomasi keagamaan, baliau juga menerima utusan-utusan yang datang kepada baliau, baik dari bangsa Arab, atau bukan. Akhirnya di dalam periode ini pula Rosul saw melakukan “peperangan bela diri” dan “perlindungan dakwah”. B. MEDIA DAKWAH ROSULULLAH SAW. Apabila kita cermati hal-hal yang dilakukan Rosul saw dalam kegiatan dakwahnya, beliau melalui “tatap muka” dan dengan “menggunakan media”, yang ditujukan kepada khalayak ramai. Hal ini berarti pada zaman Risul saw berdakwah melalui komunikasi antar pesona dan komunikasi massa. Dalam hal melaksanakan komunikasi massa, Rosul saw memakai media berupa: Khutbah, qudwah hasanah, kisah, situasi musim haji, hubungan kemanusiaan, hubungan kasih sayang, intelejen, mata-mata, dan kompi-kompi patrol, peperangan bela diri, dan perlindungan dakwah. Sebenarnya, waktu agama Islam lahir, di kalangan bangsa Arab telah ada sejumlah media komunikasi biasa mereka gunakan untuk mengembangkan kepercayaannya. Di antara media tersebut ada yang masih dipertahankan dan terus di pelihara, yaitu: 1. Kasidah syair walaupun kedudukannya dalam masa Islam tidak sama dengan kedudukannya di masa Jahiliah. 2. Khutbah atau ppidato yang mempunyai kedudukan besar dan mencapai kemasyhuran pada masa Rosul saw serta khulafaur Rasyidin. 3. Pertemuan-pertemuan (al-Nadwat) yang seringkali merupakan salah satu kegiatan di pasar-pasar. 4. Pasar-pasar (al-Aswaq) yang di zaman Jahiliyah berperan sebagai pusat pertukaran barang, baik material maupun imaterial. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN DAFTAR PUSTAKA Amin, Samul Munir. Ilmu Dakwah. (Jakarta: Azah, 2013). Ma’arif, Bambang Saiful. Komunikasi Dakwah Paradigma Untuk Aksi. (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010). Suhandang, Kustadi. Ilmu Dakwah Perspektif Komunikasi. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013).

Comments