MAKALAH FILSAFAT DAKWAH - Manusia sebai makhluk sosial dan agamis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keyakinan kita pada rasionalitas Islam menyatakan bahwa tidak ada ajaran Islam yang bertentangan dengan logika rasional. Tidak hanya itu, ajaran Islam justru lebih tinggi dari kebenaran akal manusia. Ada ajaran Islam yang dapat member kemanfaatan, namun akal tidak bisa menguraikannya.
Sudah seharusnya pesan dakwah yang rasional disampaikan secara rasional pula. Pendakwah adalah pemikir dan mengajak mitra dakwahnya untuk berpikir. Selamanya islam memperkokoh dakwahnya pada pemikiran yang jernih dan berdiri diatas logika dan argumentasi.
Dengan prinsip menggunakan rasionalitas dalam berdakwah, maka dakwah tidak dibenarkan dengan cara perbawa psikotropik, yaitu cara yang tidak alami.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Sifat Dasar Manusia Sebagai Makhluk Sosial dan Agamis?
2. Apa Hakikat Dakwah?
C. TUJUAN PENULISAN
Dengan ditulisnya makalah ini selain sebagai sarana belajar menulis karya ilmiah, juga diharapkan mahasiswa dapat mendalami tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi yang dikaji.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manusia sebagai Makhluk Sosial dan Agamis
1. Makhluk Sosial
Hal yang tidak bsa dipungkiri lagi adalah bahwa manuia dalam kehidupannya- tidak akan pernah bisa melepaskan dirinya dari manusia lain. Diawali dari seorang bayi yang akan dilahirkan, si ibu membutuhkan pertolongan tenaga medis untuk membantu kelahiran bayinya tersebut. Demikian pula dalam kehidupan selanjutnya, bayi tersebut tidak akan mungkin mempertahankan hidupnya tanpa berhubungan dengan orang-orang di sekitarnya. Allah SWT berfirman melalui surat Ali Imran ayat 112 yang bermakna: “Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia.
Merka mendapat murka dari Allah dan (selalu) diliputi kesengsaraan. Yang demikian itu karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena merka durhaka dan melampaui batas”
Apabila dibandingkan makhluk lainnya, manusia sungguh sangat berbeda. Seekor anak ayam misalnya, walaupun tanpa induknya ia mampu mencari makan sendiri. Sedangkan manusia, tanpa manusia lainnya pasti tidak bisa tumbuh dan berkembang dalam perjalanan hidupnya.
Jadi sejak lahir manusia harus selalu berhubungan dengan manusia lainnya, selalu membutuhkan pertolongan manusia lainnya.
Namun demikian, manusia diberi alat yang cukup ampuh dan istimewa serta jauh lebih sempurna daripada alat fisik yang diberikan kepada hewan, yaitu akal dan pikiran. Meskipun pikiran tidak bisa langsung digunakan sebagai alat hidup, namun bisa dimanfaatkan untuk mencari alat-alat material yan diperlukan untuk perjalanan hidupnya.
Dilain pihak, pergaulan yang diciptakan manusia dengan manusia lainnya akan memberikan kepuasan tersendiri bagi jiwanya. Karena apabila manusia hidup sendiri, maka lambat laun akan terjadi gangguan pada jiwanya.
2.
Makhluk Agamis
Surat adz-Zariyat ayat 56-58 yang menjelaskan bahwa tujuan yang hakiki dari kehidupan manusia adalah untuk menyembah Allah semata-mata, dengan dengan menjalankan mengatur segala segi aspek kehidupan di dunia ini. Dari kaca mata komunikasi, Allah mewajibkan manusia untuk selalu berkomunikasi dengan Allah dan dengan sesama manusia.
Dari pernyataan tersebut, kiranya dapat disimpulkan bahwa manusia tidak bisa melepaskan diri dari agama. Dengan kata lain manusia adalah makhuk yang agamis, karena mereka membutuhkan bimbingan dan petunjuk yang mutlak kebenarannya. Sementara kebenaran yang mutlak itu datang dari Allah yang dituangkannya dalam suatu wadah yang disebut agama.
B. Hakikat Dakwah
Ada tiga hal yang disebut sebagai hakikat dakwah islamiah. yaitu bahwa dakwah itu adalah merupakan sebuah kebebasan, rasionalitas, dan universal.
1. Kebebasan
Islam sebagai agama yang mengajak untuk memikirkan klaim terpenting tentang hidup, dan mati. kebahagiaan dan siksaan, kebahagaiaan dunia dan siksaan. maka dakwah atau misi harus dijalankan dengan penih integritas dari pendakwah dan objek dakwah. bila pihak-pihak tersebut merusak integritas ini dengan cara mencari keuntungan atau memanfaatkan demi tujuan selain kebenaran dari ALLAH merupakan kejahatan besar dalam dakwah. Dakwah islam harus dilakukan dengan serius dan diharapkanditerima dengan komitmen yang sama terhadap kebenaran.
Objek dakwah harus merasa bebas sama sekali dari ancaman. harus benar-benar yakin bahwa kebenaran ini meripakan hasil dari penilaiannya sendiri. sebagaimana yang telah disebutkan dalam AL-Qur'an surah (AL-Baqoroh ayat 256)
لا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
''Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Disitu disebutkan dengan jelas bahwa kegiatan dakwah itu tidak ada unsur paksaan. Dakwah islam adalah ajakan yang tujuannya dapat tercapai hanya dengan persetujuan tanpa ada paksaan dari objek dakwah. Karena tujuannya untuk menyakinkan objek dakwah bukan memaksa objek dakwah, seseorang yang dengan suka rela atau penuh kesadaran telah memilih suatu agama maka yang bersangkutan telah berkewajiban untuk melaksanakan ajaran tersebut secara sempurna.
2. Rasionalitas
Manusia merupakan makhluk ALLAH yang lebih unggul dibanding makhluk lain,tinggian dan kelebihan manusia terletak pada akal yang dianugrahkan ALLAH kepadanya, akallah yang membuat manusia memiliki kebudayaan, dan peradaban yang tinggi, Begitu penting peranan akal dalam kehidupan manusia maka kedudukan akal sangatlah penting dalam berdakwah, Karena kalau kita menelaah AL-Qur'an dan hadits, sebagai sumber utama materi dakwah,di samping wahyu, akal memiliki peranan yang besar dalam islam.
Dakwah islam merupakan ajaran untuk berfikir, berdebat, dan beragumen. Dakwah islam tidak bisa disikapi dengan sinis, Dakwah harus disampaikan sesuai dengan akal pemikiran yang bisa dibuktikan secara rasional.
3. Univesal
Universal dakwah
artinya bahwa objek dakwah Islam adalah semua manusia tanpa mengenal batasan sedikit pun, Islam memandang bahwa semua orang memiliki kewajiban untuk mendengarkan bukti dan menerima sebuah kebenaran. Islam mengandung ajaran-ajaran yang berlaku untuk semua tempat dan zaman, Karakteristik dan kualitas dasar-dasar ajaran islam yang mengandung nilai-nilai universal, antara lain berkaitan dengan tauhid, etika, moral, bentuk dan sistem pemerintahan, sosial politik dan ekonomi, partisipasi dan demokrasi, keadilan sosial, perdamaian, pendidikan dan intelektualisme, etos erja, lingkungan hidup, dan sebagainya.
Tujuan dan Orientasi Dakwah
Dalam banyak literature, para ahli telah menjelaskan bahwa tema sentral dakwah adalah Islam. Arti dari pernyataan ini adalah dakwah sebagai implementasi dari publikasi ajaran agama, menjadikan islam sebagai wawasan dan basis ruang geraknya sekaligus. Demikian dekat jarak antara keduanya, Sehingga islam dan dakwah tidak memiliki celah kecuali hanya terpaut dalam posisi ideology dan aplikasi, atau antara ajaran dan pengalaman. Sebutlah islam sebagai format dasar tentang konsep pedoman tingkah laku manusia tentang apa yang semestinya, maka dakwah adalah sebuah proses realisasi konsep ini secara implementatif. Sebagai implementatif dari sebuah konsep, seluruh kebijakan dakwah dan langkahnya tidak terlepas dari apa yang telah di gariskan dalam konsep dasar tersebut.
Dari sini dapat difahami bahwa tidaklah memiliki wujud yang berdiri sendiri, lebih dari itu, secara hakiki, dakwah adalah bentuk fisik - empiris dari ajaran islam yang dari situ dakwah mengarahkan setiap kebijakan dan langkahnya.
Dakwah Sebagai Kebutuhan Manusia
Dari al-Qur’an di dapat keterangan bahwa tujuan hidup manusia adalah menjadi wakil Tuhan di muka bumi. Sebagai wakil Tuhan, manusia di tugaskan untuk memakmurkan bumi ini melalui pengembangan potensi – potensi kebaikan yang telah di anugrakan Tuhan, maupun di alam makro (Dunia) maupun di alam mikro (diri manusia). untuk melakukan tugas tersebut Tuhan memberikan dua petunjuk kepada manusia.
(1). Petunjuk jiwa yang terdiri dari akal sehat dan nurani. Dan ke
(2). Petunjuk agama. Dengan kedua petunjuk ini, manusia dapat membedakan yang baik dan bermanfaat dari yang buruk dan merusak kehidupanya. Apabila manusia mengikuti kedua petunjuk itu, ia mampu mengembangkan segala potensi kebaikan, apakah itu di alam mikro bahkan juga di alam makro.
Hukum Kewajiban Dakwah
Sayyid Quthub, termasuk yang berpendapat bahwa hukum dakwah itu adalah wajib ‘ain. Menurutnya dakwah merupakan konsekuensi logis dari iman. Iman dipandang eksis bila diwujudkan dalam bentuk amal shaleh dan dakwah. Namun demikian pada kesempatan lain menurut Sayyid Quthub, bahwa memerlukan jema’ah inti yang seluruh hidumya dibaktikan untuk berdakwah. Dari pandangan ini berarti Sayyid Quthub dapat di golongkan dalam kelompok ulama yang mendukung ganda dakwah, wajib individu, dan kolektif sekaligus.
Fungsi Dakwah
Tanpa dakwah, umat Islam dapat kehilangan arah. Dengan dakwah, umat Islam menjadi saudara, seperti dalam potret idealitas. Sebagai petunjuk, dakwah Islam mutlak dilakukan agar Islam menjadi rahmat penyejuk kehidupan manusia.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ada tiga hal yang disebut sebagai hakikat dakwah islamiah. yaitu bahwa dakwah itu adalah merupakan sebuah kebebasan, rasionalitas, dan universal.
Islam sebagai agama yang mengajak untuk memikirkan klaim terpenting tentang hidup, dan mati. kebahagiaan dan siksaan, kebahagaiaan dunia dan siksaan. Begitu penting peranan akal dalam kehidupan manusia maka kedudukan akal sangatlah penting dalam berdakwah, Karakteristik dan kualitas dasar-dasar ajaran islam yang mengandung nilai-nilai universal, antara lain berkaitan dengan tauhid, etika, moral, bentuk dan sistem pemerintahan, sosial politik dan ekonomi, partisipasi dan demokrasi, keadilan sosial, perdamaian, pendidikan dan intelektualisme, etos erja, lingkungan hidup, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Moh. Ali. 2004. Ilmu Dakwah. Jakarta. Kencana.
Boisard, Marcel A.1980. L’Humanisme De L’Islam Alih bahasa M. Rasjidi. Jakarta. Bulan Bintang.
Halim, Abdul. 2005. Theology Islam Rasional. Jakarta. Ciputat Press.
Suhandang, Kustadi. 2013. Ilmu Dakwah. Bandung. Remaja Rosdakarya.
‘Ulwan, ‘Abd. Allah Nasih. Silsilah Madrasah al-Du’’at
Comments
Post a Comment