Suatu ilmu pengetahuan tentunya memiliki metode untuk mencapai kebenaran ilmu tersebut, demikian juga halnya dengan ilmu dakwah. Sebagai ilmu yang menjadikan obyek kajiannya adalah agama islam yang memfokuskan perhatian pada kegiatan masyarakat muslim dalam menyebarkan ajaran agamanya, dapat dilihat metodologi apa yang dilakukan para ahli dalam mengkaji obyek tersebut.
Kalau diteliti metodologi yang dipakai dalam mengungkap berbagai seluk-beluk tentang dakwah, terlihat bahwa yang dilakukan adalah menghimpun dalil-dalil naqli baik dari al-Qur’an maupun al-Hadits yang bertemakan dakwah. Kemudian dalil-dalil tersebut diinterpretasikan sehingga didapat hukum dakwah misalnya, kemudian lebih khusus lagi menuju pada penghimpunan dalil yang berkenaan atau dinilai mengandung unsur metodologi penyampaian pesan, dianalisis manfaat dan kegunaan serta efektifitas penggunaan metode tersebut. akhirnya disimpulkan sebagai suatu teori atau kaidah dalam berdakwah. Maka dalam hal ini metodologi tafsir maudlui (tafsir tematik) sangatlah dominan, adapun dalam analisisnya maka bisa bersifat analisis teks dengan pendekatan balaghah dan ilmu kebahasaan, bisa juga menggunakan analisis sosio historis suatu teks (asbabu nuzul suatu ayat atau asbabu wurud suatu hadits).
Dari sini terlihat bahwa metodologi ilmu dakwah menggunakan pendekatan deduktif , artinya meneliti kaidah-kaidah umum yang berlaku kemudian diruntut hingga sampai pada kaidah-kaidah khusus, misalnya dari dalil-dalil tentang amar ma’ruf nahi mungkar dapat menghasilkan kaidah-kaidah tentang metode amar ma’ruf dan nahi mungkar. Ibnu Taimia membuat satu kaidah bahwa menyuruh kepada kebaikan (amar ma’ruf) harus dengan cara yang baik (ma’ruf) dan sebaliknya mencegah kemunkaran tidak dengan menggunakan kemunkaran.
Menjelaskan hal ini Ibnu Taimia menulis Karena kegiatan amar ma’ruf dan nahi munkar itu termasuk kewajiban yang paling besar, maka maslhat haruslah didahulukan. Karena Allah tidak menyukai kerusakan dan kekacauan. Jika ternyata kerusakan yang ditimbulkan karena amar ma’ruf dan nahyi munkar itu lebih besar dari maslhatanya, maka kegiatan tersebut tidak termasuk suatu yang diperintah oleh Allah, walaupun pada kenyataannya sudah berarti meninggalkan kewajiban dan melaksanakan suatu yang diharamkan, pada kenyataan seperti itu seorang muslim hendaknya senantiasa lebih bertakwa dan beribadah kepada Allah, hingga ia terjaga dari kehancuran.
Metode kedua adalah pendekatan induktif, yang berarti meneliti persoalan-persoalan yang lebih spesifik untuk kemudian ditarik generalisasinya. Misalkan bagaimana Zaidan menyelusuri ayat-ayat tentang sifat dan prilaku sabar kemudian dimasukkan dalam generalisasi kaidah bahwa seorang dai harus memiliki akhlak yang baik.Seperti term-term yang dipilih dalam teks-teks islam bisa ditemukan kata qawlan sadîdan. Itu bisa ditarik teori umum, yaitu kejujuran komunikasi. Qawlan ma’rûfan bisa melahirkan teori komunikasi bernurani. Kata zaigh bisa berarti konsep noise (gangguan) komunikasi dan seterusnya.
Jadi metode induktif-deduktif senantiasa bergantian dipakai dalam mengungkap berbagai pembahasan ilmu dakwah. Dalam prakteknya menyertai kedua metode ilmiah tersebut di atas, pembahasan juga dilakukan dengan metode historis, seperti meneliti kegiatan dakwah yang dilakukan sejak masa kenabian hingga dewasa ini, pendekatan historis juga kerap kali dipakai untuk megungkap makna suatu teks al-Qur’an maupun al-hadits. Selain metode historis sering digunakan juga metode komparatif yakni dengan melihat perbandingan antara misalnya dakwah masa Rasul SAW dengan dakwah masa sahabat ra. Atau misalkan melihat media dakwah konvensional dengan media dakwah kontemporer.
Ibadah mahdhah adalah ibadah dalam arti sempit yaitu aktivitas atau perbuatan yang sudah ditentukan syarat dan rukunnya,maksudnya syarat itu adalah hal-hal yang perlu dipenuhi sebelum suatu kegiatan ibadah dilakukan. Sedangkan rukun itu hal-hal, cara, tahapan atau urutan yang harus dilakukan dalam melaksanakan ibadah itu. Contoh : shalat, puasa, dan haji.
Penafsiran maudhu’i adalah penjelasan ayat-ayat Al-Qur’an yang mengenal satu judul /topik/sektor pembicaraan tertentu.
Ayat-ayat Qauliyah adalah ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an. Contoh : surat At-Tin ayat 1-5
Ayat-ayat kauniyah adalah ayat atau tanda yang wujud disekeliling yang diciptakan Allah, ayat ini dalam bentuk benda, kejadian peristiwa dan sebagian yang ada di dalam alam ini. Contoh : surat Nuh ayat 53
Comments
Post a Comment