BAB I
PENDAHULUAN
Mengetahui secara persis apa kebutuhan audience merupakan hal yang penting, tidak sekedar menghadirkan acara dengan materi baru atau kemasan baru tapi isinya tetap yang lama. Pengelola program membutuhkan pendapat dari khalayak. Melakukan penelitan adalah cara paling terbaik untuk mengetahui keinginan audience. Persaingan media penyiaran pada dasarnya adalah persaingan merebut perhatian audience dan untuk merebut perhatian audience maka pengelola stasiun penyiaran harus memahami siapa audience mereka dan apa kebutuhan mereka.
Dalam era persaingan media dewasa ini setiap media penyiaran harus memiliki strategi yang jelas dalam merebut audience. Strategi merebut audience adalah sama saja dengan strategi pemasaran (marketing) dalam arti yang luas. Audience adalah pasar, dan program yang disajika adalah produk yang ditawarkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Riset Khalayak / Audience
Secara terminologis riset adalah mencari. Pengertian operasionalnya adalah upaya mencari data yang dapat diinterpretasikan menjadi informasi yang dibutuhkan. Sedangkan khalayak adalah masyarakat yang menggunakan media massa sebagai sumber pemenuhan kebutuhan bermedianya. Jadi Audience research (Riset khalayak) adalah upaya untuk mencari data tentang khalayak (sebagai pengguna media massa). Data yang dicari melalui riset khalayak dikelompokkan ke dalam audience profil (profil khalayak), media exposure (terpaan media), Audience rating (peringkat khalayak) dan efek komunikasi bermedia.
1. Audience Profile (Profil Khalayak)
Profil khalayak yaitu mencakup jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pendapatan, kedudukan/jabatan, pemilikan media. Dari data tersebut dapat diketahui gambaran khalayak suatu media massa atau khalayak suatu acara tertentu. Dari variabel dalam profil khalayak ini dapat dikorelasikan dengan variabel variabel lainnya sesuai dengan kepentigan riset sehingga tujuan riset dapat dicapai.
2. Media exposure (terpaan media)
Terpaan media berusaha mencari data khalayak tentang penggunaan media, baik jenis media, frekuensi penggunaan maupun durasi penggunaan (longevity). Penggunaan jenis media melputi media audio, audiovisual, media cetak, kombinasi media audio dan media audiovisual, media audio dan media cetak, media audiovisual dan media cetak, serta media audio, audiovisual, dan media cetak.
frekuensi penggunaan media menggumpulkan data khalayak tentang berapa kali sehari seseorang menggunakan media dalam satu minggu (untuk meneliti program harian), berapa kali semingu seseorang menggunakan media dalam satu bulan (untuk program mingguan dan tengah bulanan), serta berapa kali sebulan seseorang menggunakan media dalam satu tahun (untuk program bulanan). Dari ketiga pola tersebut yang sering dilakukan adalah pengukuran frekuensi program harian (berapa kali dalam seminggu). Sedangkan pengukuran variabel durasi penggunaan media (berapa jam sehari) atau berapa lama (meni) khalayak mengikuti suatu program.
3. Audience rating (peringkat khalayak)
Peringkat khalayak digunakan untuk mengetahui persepsi khalayak terhadap jenis media, jenis informasi, format acara dan komunikator yang menjadi favorite khalayak. Peringkat khalayak sangat baik dilakukan untuk mencari informasi yang paling dibutuhkan khalayak, media yang sering digunakan khalayak, format acara yang paling disenangi khalayak, dan komunikator (broadcaster, newscaster, reporter dan lainnya) yang paling bagus dalam menyampaikan pesan pesan.
4. Efek komunikasi bermedia
penelitian efek media massa terhadap khalayak bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kehadiran suatu media atau proses penyampaian pesan mempengaruhi khalayak dalam berpikir, bersikap dan berperilaku. Penelitian ini juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana perubahan sosial terjadi, karena kehadiran media atau pesan media massa. Dari data khalayak tersebut kita akan tahu profil khalayak, informasi yang dibutuhkan khalayak, teknik penyampaian pesan yang paling efektif, serta efek komunikasi bermedia.
B. Peranan Riset khalayak / Audience dalam komunikasi massa
Ada 2 peranan yang dilakukan riset khalayak dalam komunikasi massa yakni peranan ilmiah dan peranan praktis.
a. Peranan ilmiah yang dilakukan riset khalayak adalah
Memberi ciri ilmiah pada ilmu komunikasi karena salah satu keilmiahan suatu pengetahuan adalah penelitian
Mengembangkan sistem penelitian, menginformasikan eksistensi suatu teori apakah sudah ditumbangkan oleh teori lain ataukah diperkuat keberadaannya dan melahirkan teori teori baru
b. Peran Praktis dilakukan riset khalayak adalah
Memberikan informasi kepada broadcasting (stasiun penyiaran) mengenai profil khalayak, kebutuhan khalaya akan media (informasi, hiburan, program pendidikan, budaya, dsb) dan respon khalayak setelah menerima pesan komunikasi massa
Memberikan rekomendasi kepada broadcasting untuk meningkatkan kualitas siarannya berdasarkan penemuan yang diperoleh setelah melakukan riset.
C. Tradisi Penelitian Alternatif
a. Tradisi Struktural dan Pengukuran Khalayak
Penelitian ini dirancang untuk memperoleh perkiraan yang dapat diandalkan dan kuantitas yang tidak diketahui lainnya. Terutama adalah jumlah dan jangkauan khalayak radio dan jangkauan dari publikasi cetak (pembaca potensial yang berlawanan denagn sirkulasi atau jalannya percetakan) dan ini sangat esensial untuk manajeman terutama untuk mendapatkan iklan berbayar.sebagai tambahan untuk ukuran, penting untuk mengetahui mengenai komposisi sosial dari khalayak dalam hal yang besar, siapa dan dimana khlayak tersebut. Kebutuhan dasar ini muncul terhadap industri yang sangat besar yang saling terhubung dengan penelitian iklan dan pasar.
b. Tradisi Behavorial /satu arah (efek dan penggunaan media)
Penelitian awal pada umunya dipenuhi dengan efek media, terutama terhadap anak-anak dan anak muda serta dengan penekannan pada potensi keburukannya. Model efek yang umum adalah satu arah (behavorial) dimana khalayak dianggap sebagai target yang tidak sadar atau penerima pasif dari stimuli media. Penggunaan media saat ini terpusat, dan khalayak dianggap sebagai sekelompok pengguna/konsumen mendia yang lebih aktif dan memiliki motivasi atas pengalaman media mereka sendiri.
c. Tradisi Budaya dan Analisis Penerimaan
Kajian ini menekankan penggunaan media sebagai cerminan dari konteks sosial budaya dan pengalaman kehidupan sehari hari. Tradisi ini melibatkan pandangan mengenai penggunaaan media itu sendiri sebagai aspek signifikan dari kehidupan sehari hari. Penelitian penerimaan media menekankan studi khalayak yang mendalam sebagai komunitas interpretatif .
Menurut Clancy dan Shulman (1991) ada 4 kriteria yang harus dipenuhi pengelola media penyiaran untuk mendapatkan audience sasaran yang optimal. Keempat kriteria tersebut antara lain :
1. Responsif
Audience sasaran harus responsif terhadap program yang ditayangkan, kalau audience tidak merespon, maka pengelola media penyiaran harus mencari tahu mengapa hal tu terjadi. Tentu saja langkah ini harus dimulai dengan studi segmentasi audience yang jelas. Tanpa audience sasaran yang jelasa, maka media penyiaran menanggung resiko yang besar, ibarat mengirim pasukan besar ke medan perang tanpa dukungan informasi intelejen.
2. Potensi Penjualan
Setiap program yang akan disiarkan harus memiliki potensi penjualan yang cukup luas. Semakin besar kemungkinan program untuk mendapatka audience sasaran , maka semakin besar nilainya. Besarnya bukan hanya dilihat dari populasi, tetapi juga daya beli.
3. Pertumbuhan Memadai
Audience tidak dapat dengan segera bereaksi. Audience bertambah secara perlahan lahan sampai akhirnya meningkat dengan pesat. Kalau pertambahan audience lambat, tentu dipikirkan langkah langkah agar program bisa lebih diterima audience. Mungkin program yang dibuat tidak sesuai dengan audience sasaran. Mungkin ceritanya terlalu rumit atau seleranya terlalu tinggi. Mungkin audience sudah dikuasai pihak pesaing dan audience loyal kepada pesaing. Atau mungkin program ini belum banyal diketahui masyarakat karena kurangnya promosi.
4. Jangkauan Iklan
Pemasang iklan biasanya sangat memikirkan media penyiaran yang paling tepat untuk memasarkan produknya. Audience sasaran dapat dicapai dengan optimal kalau pemasang iklan dapat dengan tepat memilih media untuk mempromosikan dan memperkenalkan produknya. Dalam hal ini perlu dikatahui bahwa audience melakukan suatu proses yang disebut dengan selective exposure artinya audience secara aktif memilih mau atau tidak mengekspose dirinya terhadap informasi, misalnya iklan. Jadi sekalipun stasiun penyiaran melalukan promosi secara terus menerus pada khalayak luas, namun audience akan menyeleksi benar benar dalam bentuk mau atau tidak ia menerima informasi itu.
Selain itu Positioning juga penting bagi media penyiaran utuk mendapatkan audience dari pesaingnya. Positioning adalah strategi komunikasi yang berhubungan dengan bagaimana audience menempatkan suatu produk, merek, atau perusahaan di otaknya. Positioting harus dilakukan dengan matang. Positioning dapat pula diartikan sebagai pesepsi masyarakat. Perusahaan penyiaran harus mampu mebangun persepsi masyarakat yang baik.
Selain 4 tadi dapat pula dilakukan riset audience denagn cara:
Jumlah Audience
Pada umumnya media penyiaran akan menyajikan program program dengan waktu yang pas, yaitu dimana jumlah audience waktu itu berada dalam jumlah yang terbesar. Pola menonton TV umunya akan menunjukan ju,lah yang paling besar terjadi pada saat Prime time , malam hari yaitu antara jam 19.00 hingga 22.00 dan terus menurun hingga tengah malam dan menjelang dini hari dan akan kembali mulai meningkat pada siang hari. Jumlah audience tTelevisi pada umumnya tidak sama pada setiap jam siarannya. Sedangkan Radio memiliki audience yang relatif sama setiap waktunya dibanding televisi. Pengecualian pada saat jam berangkat atau pulang kantor dipagi hai atau sore hari. Biasanya lebih banyak orang yang mendengarkan radio di mobil pada saat perjalanan menuju kantor atau pulang kerumah.
Audience Konstan
Pada umumnya jumlah audience selalu konstan. Pola menonton televisi pada masyarakat pada umumnya sama yaitu ada malam hari, dan berkurang pada dini hari atau pagi hari.
Aliran Audience
Karakteristik audience menunjukan bahwa audience cenderung untuk berpindah saluran pada setiap selesainya suatu program siaran. Perpindahan audience dari satu saluran ke saluran lainnyapada setiap berakhirnya suatu program disebut aliran audience. AC Nielson memberikan kesimpulan bahwa audience akan tetap bertahan jika acara yang sama atau sejenis diletakkan berdampingan dan sebaliknya audience akan berpindah jika suatu acara yang berbeda sama sekali jenisnya ditayangkan sesudah suatu acara yang diunggulkan.
Tuning Inertia
Perilaku audience lain yang perlu diperhatikan adalah adanya kecenderungan audience untuk memilih salah satu stasiun favoritnya dan tetap berada disana untuk beberapa saat. Tuning Inertia adalah lamban atau kelambanan untuk pindah saluran. Menurut Head sterling penelitian terhadap audience menunjukan bahwa jumlah tipe audience yang tetap berada pada suatu stasiun ketika terjadi perpindahan program lebih besar dibanding denagn tipe audience yang pindah ke stasiun lain pada saat perpindahan program.
Pengaruh Demografis
Head dan Sterling menyatakan bahwa sikap audience terhadap pola menonton televisis sangat dipengaruhi oleh karakteristik demografis mereka. Berikut ini merupakan faktor demografis yang perlu diperhatikan oleh pengelola program penyiaran diantaranya:
o Usia, Waktu menonton semakin panjang seiring dengan bertambahnya usia
o Pendidikan, Waktu menonton semakin berkurang seiring dengan pertambahan pendidikan
o Keluarga , Keluarga besar menonton lebih sedikit dibandingkan dengan keluarga kecil
o Pekerjaan, pekerja rendahan menonton lebih banyak dibandingkan pekerja profesional
o Tempat tinggal, pendududk kota lebih banyak menonton daripada penduduk desa
o Jenis kelamin, wanita lebih banyak menonton daripada pria
Riset Rating:
Ketika radio mulai populer pada 1920-an, dan para pengiklan mulai melihat potensinya untuk menarik pelanggan, mereka menghadapi problem untuk mengukur jumlah audience. Berbeda dengan media cetak, yang memiliki angka sirkulasi yang jelas, media elektronik tak punya data penonton yang memadai, kecuali angka perkiraan. Surat sukarela dari pendengar radio adalah sumber data pertama, namun sukarelawan jelas tidak mewakili audience umum.
Dari sinilah, mulai dikenal studi rating dengan pengambilan sample dari audience. Studi rating ini untuk waktu-waktu mendatang masih akan terus digunakan, namun ada beberapa hal mendasar yang perlu diketahui tentang sistem rating:
Rating hanyalah pendekatan atau perkiraan dari ukuran jumlah audience. Rating ini tidak mengukur kualitas program atau pendapat tentang program. Rating tidak bisa dijadikan bahan pegangan secara sama. Perusahaan pengukur rating yang berbeda bisa menghasilkan angka rating yang berbeda, untuk pasar yang sama pada periode waktu yang sama. Biasanya dilakukan oleh lembaga Ratting
Riset Non-Rating:
Meskipun audience rating adalah data riset yang paling mencolok digunakan oleh media siaran, stasiun siaran, rumah produksi, pengiklan dan konsultan siaran menggunakan juga berbagai metodologi lain. Riset Non-Rating memberikan informasi tentang apa yang disukai dan tidak disukai oleh audience, menganalisis berbagai jenis pemrograman, serta info demografi dan gaya hidup audience, dan banyak lagi.
Semua informasi ini dimaksudkan untuk membekali para pengambil keputusan di industri media dengan informasi, yang dapat menghapus “pendekatan kira-kira.” Riset non-rating memang tidak bisa memecahkan semua persoalan yang dihadapi pihak penyiaran, namun bisa digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan. Contoh, Satu cara untuk mengumpulkan data awal adalah membuat pernyataan pendek yang merangkum penjelasan tentang program atau iklan komersial tertentu, dan menunjukkannya pada subjek. Subjek dimintai opininya tentang gagasan program itu, serta apakah mereka berminat menontonnya atau mau membeli produk berdasarkan informasi singkat tersebut. Hasilnya bisa menjadi indikasi, apakah program atau komersial itu akan sukses atau tidak.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Melakukan Riset audience adalah cara paling terbaik untuk mengetahui keinginan audience. Karena pada dasarnya Persaingan media penyiaran adalah persaingan mendapat perhatian audience dan untuk merebut perhatian audience maka pengelola stasiun penyiaran harus memahami siapa audience mereka dan apa kebutuhan mereka. Dengan dilakukannya riset terhadap audience diharapkan setiap stasiun penyiaran mampu memberikan program program yang dibutuhkan audience.
DAFTAR PUSTAKA
o Dr. Ardianto, Elvinaro. “Komunikasi Massa”. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2015.
o McQuail. Denis. “Teori Komunikasi Massa”.Jakarta:Salemba Humanika. 2011.
o Morissan. “Manajemen Media Penyiaran”.Jakarta:Kencana Orenada Media Group. 2011.
o http://kuliahonlinekomunikasi.blogspot.co.id/2012/01/definisi-riset-media-fungsi-riset-media.html
o
Comments
Post a Comment