Akulturasi Islam dan Budaya dibidang Seni

BAB I PENDAHULUAN Nilai-nilai lokalatau budaya dalam kehidupan di jaman sekarang sudah tidak menjadi persoalan yang penting dalam keluarga dan masyarakat sehingga apa yang menjadi garis ketentuan dalam keluarga dan masyarakat sudah berubah, yang ada tinggal gemilangan hidup tanpa ada nilai-nilai yang hakiki. Nilai lokal dalam hal hubungan antarindividu dalam keluarga, baik keluarga inti maupun keluarga batih, dewasa ini tampak semakin pudar, terutama pada masyarakat kota. Namun dengan kesibukan orang tua tidak ada waktu untuk mengajarkan nilai-nilai di dalam rumah masing-masing. Banyak orang tua, suami, istri, bekerja di luar rumah dari pagi hingga petang. Banyak nilai-nilai lokal yang seharusnya diajarkan para orang kepada anak-anaknya. Misalnya nilai saling menghargai sesama umat. Namun nilai lokal tersebut tanpa di sadari terlupakan yang mengakibatkan anak-anak tidak tahu nilai lokal tersebut. Akibatnya jarang anak-anak yang menghargai orang tuanya. Begitu pula banyak murid yang tidak mau menghargai gurunya bahkan sangat melecehkan.   BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Akulturasi Pengertian Akulturasi Budaya dan Faktor yang memengaruhi Terwujudnya Akulturasi Budaya| dalam pengertian akulturasi budaya dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga akulturasi budaya tersebut lahir atau muncul. dalam pengertian akulturasi budaya menurut definisi para ahli menyatakan bahwa pengertian akulturasi budaya adalah proses perpaduan antara dua kebudayaan atau lebih tanpa meninggalkan kebudayaan asli. Akulturasi budaya dapat terjadi karena disebabkan berbagai hal yang membuat ada dua kebudayaan berbeda dan kebudayaan yang berbeda tersebut rukun dan tanpa ada masalah, B. Pengertian Seni Seni adalah segala sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur keindahan dan mampu membangkitkan perasaan orang lain. Istilah seni berasal dari katasanskerta dari kata sani yang diartikan pemujaan, persembahan dan pelayanan yang erat dengan upacara keagamaan yang disebut kesenian. Menurut Padmapusphita dimana seni berasal dari bahasa Belanda genie dalam bahasa latin disebut dengan genius yang artinya kemampuan luar biasa dibawa sejak lahir. Sedangkan menurut Ilmu Eropa bahwa seni berasal dari kata art yang berarti artivisual yaitu suatu media yang melakukan kegiatan tertentu. Dari banyak arti seni, dan semakin berkembangnya zaman membuat banyak para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai definisi seni,. • Aristoteles: Pengertian seni menurut aristoteles adalah bentuk yang pengungkapannya dan penampilannya tidak pernah menyimpang dari kenyataan dan seni itu adalah meniru alam. Seni juga merupakan hasil budaya manusia tidaklah sekedar mempunyai nilai keindahan, tetapi juga mengandung makna simbolis. Hal yang demikian itu tidaklah semata-mata berlaku pada masyarakat yang tingkat budayanya masih rendah, tetapi juga pada masyarakat yang budayanya sudah maju. Corak seni yang mempunyai makna simbolis tersebut dapat disaksikan di tengah-tengah masyarakat indonesia yang mempunyai berbagai macam seni daerah, antara lain seni pewayangan. C. Seni Wayang 1. Wayang sebagai tontonan dan tuntunan Bagi masyarakat jawa wayang tidaklah hanya sekedar sebagai tontonan tetapi juga tuntunan. Wayang bukan hanya sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai media komunikasi, media penyuluhan dan media pendidikan. Dilihat dari aspek wayang sebagai tuntunan, peranan dalang hampir sangat mutlak untuk bisa memberikan tuntunan kepada masyarakat, khususnya para penonton seorang harus menguasai hampir segala haldalam istilah jawa ia harus mumpuni. Di mata masyarakat jawa dalang adalah wong kang wasis ngudhal piwulang (orang yang mahir memberikan banyak pelajaran.) dan untuk memberikan pelajaran orang harus rajin belajar diantaranya banyak membaca buku. Tanpa itu semua mustahil seorang dalang dapat menunaikan amanat berat, bukan saja sebagai penghibur tetapi juga sebagai komunikator, sebagai penyuluh, sebagai penatar, pendidik, atau guru bagi masyarakat dan yang juga sangat diharapkan adalah sebagai rohaniawan yang selalu berkewajiban mengajak ,asyarakat untuk berbuat kebaikan dan dan menghindari kemungkaran. 2. Wayang sebagai Alat pendidikan mental Wayang sudah lama dikenal oleh masyarakat Jawa sunda dan Bali. Hampir seluruh lakon yang dibawakan yang dibawakan berasal dari kitab mahabharata dan Ramayana yang aslinya dari India. Namun telah diserap menjadi budayanya sendiri. Didalam cerita cerita wayang banyak menyangkut masalah budi pekerti yang sangat bermanfaat bagi penonton. Prof. Poedjawijatna mengatakan bahwa pewayangan banyak sekali yang dapat digunakan untuk pendidikan yaitu untuk memberi pengaruh kepada orang yang melihat wayang itu. wayang penting sekali ditingkatkan fungsinya sebagai alat pendidikan yang baik, pendidikan yang merupakan pengetahuan yang menyangkut bahasa, kemasyarakatan, keadilan, kenegaraan sampai kehidupan akhirat nanti. Dalam cerita wayang pekerti yang jahat akan kalah dengan kebaikan. D. Studi Kasus Wayang sebagai media Indonesia merupakan negara luas yang memiliki tingkat keaneragaman yang besar. Keaneragaman itu menjadi amat menawan untuk dicermati\. Warna warni yang ada memperindah atmosfer berbangsa dalam jalinan kebersamaan. Keaneragaman ini bisa dilihat dari beragamnya etnis seperti melayu, tionghoa india dan arab. Kemudian dari beragamnya suku bangsa yang masing-masing memiliki adat istiadat dan bahasa sendiri-sendiri seperti jawa, sunda, batak, minangkabau danlainnya. Agama yang berkembang di indonesia ada kristen protestan dan khatolik, hindu, budha, konghucu, dan islam yang merupakan agama mayoritas. Dibalik keberagamannya, indonesia juga merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Sekitar 230 juta jiwa lebih penduduknya 85.2% adalah muslim. Dalam sejarahnya, proses islamisasi di indonesia tidak bisa dipisahkan dari peran besar walisongo. Jika kita memperhatikan penetrasi budaya yang mereka lakukan ternyata walisongo ini tidak menempuh jalur kekerasan sedikitpun. Namun mereka amat memahami pluralitas yang ada di indonesia dan secara bijak larut kedalamnya dan turu berpartisipasi dalam menentukan alur sejarah bangsa. Mereka juga terlibat dalam peran-peran pembaharuan dan pencerdasan masyarakat. Yang menarik dalam kiprah walisongo ini adalah aktivitas mereka menyebarkan agama di bumi pertiwi tidaklah dengan armada militer dan pedang, tidak juga dengan menginjak injak dan menindas keyakinan lama yang di anut oleh masyarakat indonesia yang saat itu mulai memudar pengaruhnya, hindu dan budha. Namun mereka melakukan perubahan sosial secara halus dan bijaksana. Mereka tidak langsung menentang kebiasaan lama masyarakat namun justru menjadikannya sebagai sarana dalam berdakwah. Salah satu sarana yang mereka gunakan sebagai media berdakwah adalah wayang. Pementasan wayang konon katanya telah ada di bumi nusantara ini sejak 1500 tahun yang lalu. Masyarakat indonesia dahulu memeluk kepercayaan animisme, berupa pemujaan roh nenek moyang yang di sebut hyang atau dahyang, yang di wujudkan dalam bentuk arca atau gambar. Pada mulanya sebelum walisongo menggunakan media wayang, bentuk wayang menyerupai relief atau arca yang ada di candi borobudur dan prambanan. Pementasan merupakan acara yang amat digemari masyarakat . masyarakat menonton pementasan wayang berbondong-bondong setiap kali dipentaskan. Sebelum walisongo menggunakan wayang sebagai media mereka, sempat terjadi perdebatan tentang unsur-unsur aqidah, doktrin keesaan tuhan dalam islam. Selanjutnya para wali melakukan berbagai penyesuaian agar lebih sesuai deng ajaran islam. Bentuk wayang pun di ubah yang awalnya menyerupai manusia menjadi bentuk yang baru. Wajahnya di buat miring, leher dibuat memanjang, lengan memangjang sampai kaki dan bahannya terbuat dari kulit sapi dan kerbau. Dalam hal esensi yang disampaikan dalam cerita-ceritanya tentu disisipkan unsur-unsur moral keislaman. Dalam lakon Bima Suci misalnya, bima sebagai tokoh yang meyakini adanya tuhan yang Esa itulah yang menciptakan dunia dan seisinya. Dalamkeyakinannya bima mengajarkan kepada saudaranya, janaka. Lakon ini juga berisi ajaran-ajaran tentang menuntu ilmu, bersikap sabar, adil, dan bertatakrama. Dalam sejarah para wali berperan besar dalam pengembangan pewayangan di indonesia. Sunan Kalijaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam mengembangkan wayang. Bahkan para wali di tanah jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama wayang kulit di Jawa Timur, kedua wayang wong di Jwa Tengah, dan ketiga wayang golek di Jawa Barat. Selain itu para wali juga melalui berbagai bentuk akulturasi budaya lainnya, contohnya penciptaan tembang-tembang keislaman berbahasa jawa, gamelan dan lainnya. Awal mula langkah dakwah menggunakan kesenian wayang di lakukan di serambi masjid Agung Demak dalam rangka memperingati maulid Nabi Muhammad SAW. Pertama tama di tabuhlah gamelan gong bertalu talu yang suaranya kedengaran dimana-mana. Sudah menjadi adat masyarakat jawa pada masa itu apabila mereka mendengar bunyi-bunyian mereka saling berdatangan, lebih-lebih suara itu enak kedengarannya. Maka tidaklah mengherankan kalau gamelan yang di bunyikan oleh para wali di kunjungi banyak orang. Dan perlu diingat bahwa Masjid Agung Demak yang didirikan walisongo dan raden patah telah dilengkapi dengan GAPURO (pintu masuk), gapuro artinya ampunan, jadi siapa saja yang mau masuk gapuro dosanya akan terampuni sebab dia telah masuk islam. Selain itu di sebelah kiri masjid terdapat kolam tempat mengambil air wudhu. Tiap tiap pintu gapuro telah dijaga wali, sebagai orang orang memasuki gapuro di haruskan mengucap dua kalimat syahadat sebagai “karcis” masuknya dan ini tentu diajarkan oleh para wali penjaga itu sendiri. Setelah itu baru di perkenankan masuk, tapi sebelum masuk masjid mereka harus memcuci kaki terlebih dahulu dikolam yang telah tersedia didepan masjid. Kolam itu sampai saat ini masih dapat digunakan lagi untuk mengambil air wudhu. Ditepi telah ada wali yang menjaganya, orang yang akan mencuci kaki harus menurut aturan yang dibuat oleh wali, maka dari itu mereka harus di ajari cara-caranya, antara lain pertama muka harus di cuci, lalu kepala (ubun-ubun) harus dibasahi biar adem, dekil-dekil yang ada ditelinga harus dihilangkan dengan air, yang terakhir kedua kaki harus di cuci sampai bersih, baru mereka dipersilahkan memasuki serambi masjid untuk mendengarkan wayang dan gamelannya. Disitulah mereka asyik mendengarkan cerita-cerita para wali yang bernafsahkan islam. Setelah waktu zuhur tiba, mereka semua diajak berdoa agar sang dewa tidak murka, cara berdoanya pun diajarkan oleh seorang wali dengan gerakan gerakan yang berarti. Kesemuanya itu secara tidak sadar mereka telah di ajarkan wudhu dan bersembahyang, namun mereka tidak dikasih tahu bahwa yang diperbuat itu cara cara islam dan mereka telah masuk islam. Hari demi hari suasana itu terus berlangsung sehingga secara tidak terasa berduyung duyung masyarakat jawa telah memeluk agama Islam. Demikianlah islam masuk ke tanah Jawa secara damai tanpa paksaan. E. Analisis Kasus Wayang adalah seni sekaligus sebagai media dalam menyampaikan pesan, pendidikan dan dakwah. Pada mulanya wayang hanyalah seni pertunjukan atau hiburan semata. Namun semenjak ada Islam dan Wali songo ditanah Jawa, Wayang digunakan sebagai media dalam menyampaikan ajaran ajaran Agama Islam. Wali songo menggunakan wayang sebagai media karena wayang merupakan seni yang memasyarakat dan memeng sudah berkembang sejak dahulu. Penyampaian dakwah dan pesan pendidikan yang dilakukan oleh Walisongo dengan menggunakan wayang sebagai media dakwah dianggap sukses. Sampai sekarang kesenian wayang tetap masih mempunyai tempat dihati masyarakat, masih ada dan dipertunjukan dalam momen momen tertentu. Hanya saja kesenian wayang lebih beragam. Tidak hanya wayang kulit dan wayang golek tapi juga wayang orang. Dengan tetap mengedepankan pesan dan hiburan. Seni Wayang hanya salah satu media dalam menyampaikan pesan dan dakwah yang masih eksis sampai sekarang. Karena wayang lekat sekali dengan masyarakat. Diharapkan kesenian wayang akan tetap ada sampai nanti dengan dalang dalang yang lebih berkualitas sehingga kesenian asli Indonesia ini akan tetap berkembang dan ada.   BAB III PENUTUP Wayang mengandung arti jauh lebih dalam karena mengungkapkan gambaran hidup semesta (wewayaning urip). Wayang memberikan gambaran lakon kehidupan umat manusia dalam segala masalahnya. Dalam wayang tersimpan nilai-nilai pandangan hidup masyarakat jawa dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan dan kesulitannya. Makna simbolis dari pertunjukan wayang kulit mengandung arti filosofis, yakni layar yang di terangi adalah dunia yang nyata dan wayangnya menggambarkan macam-macam ciptaan tuhan. Gedhebog batang pisang yang di pergunakan untuk mengangga wayang dengan menancapkan cempurit yang di pasang di atas dalang adalah lambang keserasihan (harmoni) kegiatan duniawi (R. Srimulyono, 1978:117).   DAFTAR PUSTAKA • https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=735134253176298&id= 185215808168148 • http://www.artikelsiana.com/2015/09/pengertian-seni-fungsi-macam-macam-seni.html • Sofwan R dkk, merumuskan kembali interelasi islam/jawa, gama media (yogyakarta: 2004) • Sujamto. Wayang dan Budaya Jawa. Semarang: Dahara Prize. 1992 • http://fahrirozi.wordpress.com/2010/05/08/wayang-dan-penyebaran-islam-di-indonesia-oleh-walisongo-sebuah-harmonisasi-dalam-keberagaman • http://madawis.blogspot.com/2013/08/dakwah-walisongo-dengan-kesenian-wayang.html

Comments